We must...
Sabtu, 12 November 2011
Kamis, 10 November 2011
Idul Adha 2011
Halo, Spensa! Maaf nih, postingannya telat, hehehe.
Pada hari Senin, 07 November 2011 kemarin, SMPN 1 Cilegon melaksanakan ibadah qurban.
Pasti kalian sudah pada tau dong, ibadah qurban itu apa? Ibadah Qurban adalah ibadah memotong hewan ternak, seperti sapi, kambing, kerbau, domba, dan onta. (maaf ya, Pak Zaenal, kalau salah :-D )
Langsung aja yuk, kita lihat hewan ternak apa saja yang mau di qurbankan di SMPN 1 Cilegon:
Langsung aja yuk, kita lihat hewan ternak apa saja yang mau di qurbankan di SMPN 1 Cilegon:
Sapi
Kambing
Itu dia 2 hewan ternak yang diqurbankan (sebenarnya ada 3 hewan ternak). Yup, bapak-bapak penyembelih tidak sabar ingin cepat-cepat menyembelih 3 hewan ternak ini, karena hari sudah mulai panas...
Bismillahirrahmanirrahiim. Allahuakbar! Allahuakbar!
Pemotongan kambing!
Sapi telah disembelih. Tenang disana, Mooo :-)
Sapi yang telah disembelih ini sedang dikuliti...
Para anak kelas 7 dan 9 yang sedang menonton langsung cara pemotongan hewan qurban (anak kelas 8 menonton dari atas)
Kakak-kakak kelas 9 yang sedang memotong-motong daging qurban
Daging (atau tulang) ini siap dibagikan kepada fakir miskin... Eh tapi, yang dibagikan tentu saja dagingnya :-)
Nah, seperti itulah acara pemotongan hewan qurban di SMPN 1 Cilegon. Selamat Hari Raya Idul Adha, Teman-teman! ;-)
Hari Pahlawan
Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November. Hari dimana
terjadi pertempuran hebat antara arek-arek Suroboyo dengan serdadu NICA
yang diboncengi Belanda.
Menjelang tahun 1950-an, Presiden Soekarno menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Pahlawan. Sebagaimana diusulkan Sumarsono, mantan pimpinan tertinggi gerakan Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang ikut ambil bagian dalam peperangan sengit itu.
Lantas kenapa Bung Karno memilih peristiwa itu sebagai simbol kepahlawanan yang setiap tahun diperingati?
Menurut sejarawan Universitas Indonesia (UI) JJ Rizal, Bung Karno sengaja memanfaatkan momentum itu untuk melegitimasi peran militer dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Sehingga nilai kepahlawanan tersemat dalam sebuah perjuangan melawan agresi militer.
“Untuk memobilasi kepahlawanan secara militeristik, makanya 10 November dijadikan Hari Pahlawan,” katanya saat berbincang dengan Okezone, Rabu (9/11/2011) malam.
Setelah Hari Pahlawan ditetapkan, figur-figur yang secara historis ikut berjuang pun diberi gelar kepahlawanan. Meskipun, kata Rizal, pada perjalanannya tolok ukur kepahlawanan ini tidak mutlak dilihat dari sisi sejarah, melainkan dicampuri kepentingan rezim penguasa.
“Pada masa Soekarno, tokoh-tokohnya 50 persen masih bisa dipertanggungjawabkan. Tapi mulai zaman Soeharto. Indonesia menjadi negara yang terus memproduksi pahlawan dengan penilaian yang lebih cenderung pada pertimbangan politik,” ujarnya. Dimana pahlawan lebih banyak berasal dari lembaga Kemiliteran atau Kepolisian.
Mengenai makna Hari Pahlawan sendiri, Rizal menilai, saat ini lebih mengedepankan unsur seremoni belaka, tanpa menghayati nilai-nilai perjuangan yang dipesankan oleh para pahlawan ini.
Padahal, kata dia, yang terpenting adalah mengambil tauladan dari nilai-nilai perjuangan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akan menjadi ironi jika memperingati hari pahlawan sebatas seremoni.
“Saat ini kita sudah kehilangan warisan nilai-nilai perjuangan yang dibawa oleh para pahlawan. Semua sekarang penuh dengan kepentingan,” ujarnya.
Sumber :
http://news.okezone.com/read/2011/11/10/337/527318/kenapa-hari-pahlawan-ditetapkan-10-november
Menjelang tahun 1950-an, Presiden Soekarno menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Pahlawan. Sebagaimana diusulkan Sumarsono, mantan pimpinan tertinggi gerakan Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang ikut ambil bagian dalam peperangan sengit itu.
Lantas kenapa Bung Karno memilih peristiwa itu sebagai simbol kepahlawanan yang setiap tahun diperingati?
Menurut sejarawan Universitas Indonesia (UI) JJ Rizal, Bung Karno sengaja memanfaatkan momentum itu untuk melegitimasi peran militer dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Sehingga nilai kepahlawanan tersemat dalam sebuah perjuangan melawan agresi militer.
“Untuk memobilasi kepahlawanan secara militeristik, makanya 10 November dijadikan Hari Pahlawan,” katanya saat berbincang dengan Okezone, Rabu (9/11/2011) malam.
Setelah Hari Pahlawan ditetapkan, figur-figur yang secara historis ikut berjuang pun diberi gelar kepahlawanan. Meskipun, kata Rizal, pada perjalanannya tolok ukur kepahlawanan ini tidak mutlak dilihat dari sisi sejarah, melainkan dicampuri kepentingan rezim penguasa.
“Pada masa Soekarno, tokoh-tokohnya 50 persen masih bisa dipertanggungjawabkan. Tapi mulai zaman Soeharto. Indonesia menjadi negara yang terus memproduksi pahlawan dengan penilaian yang lebih cenderung pada pertimbangan politik,” ujarnya. Dimana pahlawan lebih banyak berasal dari lembaga Kemiliteran atau Kepolisian.
Mengenai makna Hari Pahlawan sendiri, Rizal menilai, saat ini lebih mengedepankan unsur seremoni belaka, tanpa menghayati nilai-nilai perjuangan yang dipesankan oleh para pahlawan ini.
Padahal, kata dia, yang terpenting adalah mengambil tauladan dari nilai-nilai perjuangan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akan menjadi ironi jika memperingati hari pahlawan sebatas seremoni.
“Saat ini kita sudah kehilangan warisan nilai-nilai perjuangan yang dibawa oleh para pahlawan. Semua sekarang penuh dengan kepentingan,” ujarnya.
Sumber :
http://news.okezone.com/read/2011/11/10/337/527318/kenapa-hari-pahlawan-ditetapkan-10-november
Langganan:
Postingan (Atom)